SITUASI KELOMPOK SOSIAL
I. PENDAHULUAN
Kenyataan hidup bermasyarakat memang menimbulkan keheran-heranan antara bagaimana terbentuknya interaksi, adat, pola kelakuan tertentu mengenai nilai-nilai sosial. Tergerak oleh rasa ingin tahu, orang berupaya memahami, mengkaji, mempelajari dan mendalami kenyataan situasi kelompok sosial tertentu yang ada pada masyarakat. Situasi kelompok sosial adalah setiap situasi dimana terdapat saling hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Dengan kata lain setiap situasi dimana terjadi interaksi sosial dapat disebut situasi sosial. Selanjutna situasi sosial dirumuskan sebagai situasi dimana terlibat didalamnya interaksi sosial, dan dapat di golongkan kedalam dua golongan utama yaitu interaksi situasi kebersamaan dan situasi kempok sosial yang berbeda dalam intensitas dan keteratur interaksi sosial yang terlibat di dalamnya. Dalam makalah ini kami mencoba membahas mengenai situasi sosial yang disebut juga dengan group-situation, yaitu situasi kelompok sosial.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Situasi Sosial yang Mempengaruhi Tingkah Laku Manusia
B. Kelompok Sosial dan Jenis-jenis Kelompok Sosial
C. Ciri-ciri Utama Kelompok
D. Dinamika Kelompok dan
E. Dasar-dasar Pembentukan Kelompok
III. PEMBAHSAN
A. Situasi Sosial yang Mempengaruhi Tingkah Laku Manusia
Situasi Sosial adalah suatu kondisi tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau terjadi saling hubungan antara dua individu atau lebih. Hubungan yang terjadi antara individu tersebut tidak terlepas dari rangsangan-rangsangan sosial. Secara garis besar perangsang sosial tersebut terbagi menjadi dua yaitu:
1. Orang lain, terdiri dari
a. Individu-individu lain sebagai perangsang.
b. Kelompok, Kelompok ini dapat dibedakan atas :
• Hubungan intragroup : hubungan antara individu lain dalam kelompok lain atau antara kelompok dengan kelompok
• Hubungan intergroup : hubungan individu dengan kelompok lain dalam kelompok itu sendiri.
2. Hasil Kebudayaan ( Materi dan Non Materi)
Contohnya : bangunan rumah, perkakas, candi hasil ukiran, bahasa, seni, musik norma dan lain-lain. Situasi sosial ini dibedakan kepada Togetherness Situation (situasi kebersamaan) dan Group Situation atau situasi kelompok. Togetherness Situation adalah situasi dimana sejumlah individu berkumpul pada suatu tempat dan pada waktu tertentu.
Contonya : sejumlah orang berbelanja di toko, pasar, bioskop dan lain-lain.
Terakadang situasi kebersamaan ini bisa saja berubah menjadi situasi massa. Yaitu situasi dimana tingkah laku kelompok timbul secara spontan, relatif tidak terorganisasi, tidak terduga dan tidak terencana dalam arah perkembanganya dan terjadi saling pengaruh antara individu dengan individu lain. Dalam situasi massa ini para pelakunya merasa memiliki kedudukan yang sama, tidak ada perbedaan diantara mereka. Contoh : Penonton sepak bola yang gelisah dan kecewa melihat wasit berat sebelah (curang). Sehingga akan menimbul kemarahan dari para penonton. Para penonton akan berteriak-teriak. Melemparkan kata-kata kotor bahkan sampai melempar wasit dengan sandal. Move ini akhirnya menggerakkan penonton untuk bersatu dan memperlihatkan rasa marah kepada wasit.
3. Kenyataan Sosial
Kenyataan sosial terbagi kepada dua macam yaitu :
a. Social Things (Benda-benda Sosial)
Nilai dari sosial Things ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : kebutuhan, minat dan kepercayaan. Jadi suatu barang atau benda akan bernilai tinggi jika memenuhi syarat-syarat tersebut.
b. Social Fact (Kenyataan Sosial)
Kenyataan sosial ini biasanya akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Sebagai contoh kenyataan sosial seperti yang berhubungan dengan hak, pinjam meminjam, kontrak kerja dan sebagainya. Seseorang dapat saja memiliki sebidang tanah misalnya, tanpa adanya peran orang lain atau tanpa harus ada pihak ke dua. Tetapi dalam hal jual beli, kontrak kerja hanya dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu orang dengan arti ada harus ada pihak kedua. Suatu pekerjaan yang awalnya hanya kenyataan individual, tetapi seiring berjalanya waktu produktivitas pekerjaan tersebut meningkat dan hasilnya cukup menjanjikan, sehingga lama kelamaan banyak orang yang menginginkan pekerjaan tesebut dengan sendirinya kenyataan yang tadinya individual berubah menjadi kenyataan sosial. Dalam kehidupan sosial selalu ada hubungan timbal balik, sehingga suatu ketika jawaban (respon) akan menjadi perangsang (stimulus) terhadap kehidupan sosial. Dengan kata lain setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu lain akan menimbulkan perbuatan lain lagi dan seterusnya. Secara umum bisa dikatakan setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang adalah sosial. Sebab pekerjaan tersebut selalu menimbulkan respon terhadap orang lain. Jika kita lanjutkan pembicaraan tentang individu, individu selalu dan mesti berhubungan dengan lingkungan. Hubungan antara individu tersebut sering berupa adaptasi. Yaitu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan. Baik secara pasif atau aktif. Atau berupa Autoplastis (mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan) dan Aloplastis mengubah lingkungan sesuai keadaan (keinginan) diri. Sebagai contoh adalah ketika melihat suatu tindakan orang lain baik itu buruk ataupun baik, maka timbullah reaksi atau keinginan dari diri kita untuk melakukan sesuatu.
4. Proses Sosialisasi
Zajonc mengatakan bahwa dengan orang yang baru atau yang belum di kenal, faktor yang memudahkan komunikasi adalah pertemuan yang berulang-ulang, sejauh reaksi pada saat kali pertama bertemu tidak terlalu negatif. Interaksi adalah masalah yang paling unik yanng timbul dalam diri manusia, interaksi timbul dari berbagai macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas, pada dasarnya kejadian yang terjadi di tengah-tengah masyarakat di sebabkan interaksi yag terjaedi antara individu dengan individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap orang adalah sumber dan pusat psikologis yang berlangsung pada kehidupan. Perasaan pemikiran dan keinginan ada pada tiap-tiap seseorang tidak hanya sebagai tenaga yang bisa menegakkan individu itu sendiri, melainkan merupakan dasar pula bagi aktivitas psikoligi dari orang lain, dan semua proses sosialisasi baik yang bersipafat operatiaon, coorporation adalah hasil daripada interaksi individu .
5. Norma-norma dalam kelompok sosial
Norma sosial atau norma kelompok adalah ketentuan umum tentang tingkah laku anggota-anggota kelompok, yang patut atau tidak patut dilakukan oleh anggota-anggota kelompok dengan ketentuan yang bersifat perintah-perintah dan larangan-larangan.
Reaksi atas pelanggaran norma akan berbeda sesuai berat ringannya akibat yang ditimbulkan atas pelanggaran norma, maka atas perbedaan reaksi tersebut terdapat beberapa macam norma kelompok atau norma sosial yang dikenal sebagai norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum.
Norma kesopanan dan norma kesusilaan bila dilanggar akan berakibat terhadap si pelanggar dengan adanya celaan-celaan langsung dari kelompoknya, sehingga yang bersangkutan merasakan bahwa dirinya tidak disukai oleh kelompoknya. Sedangkan norma hukum bertujuan untuk mewujudkan dan menjamin ketertiban juga untuk keadilan. Dan dengan faktor sanksi yang terdapat pada norma hukum akan mampu mengatur dan mengarahkan kelompok ke arah kehidupan yang lebih maju dan bahagia.
B. Kelompok Sosial dan Jenis-jenis Kelompok Sosial
Kelompok sosial, secara singkat dirumuskan sebagai sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur, atau dengan rumusan lain : kelompok sosial ialah suatu kumpulan yang nyata, teratur dan tetap dari orang-orang yang melaksanakan peranan yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang sama.
Rumusan umum mengenai kelompok sosial menurut M. Sherif adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. Dari rumusan ini ternyata bahwa kelompok sosial dapat terdiri atas individu saja, seperti suami istri tetapi juga dapat tediri atas puluhan orang dan lebih dari itu dengan syarat mereka merupakan kesatuan yang sudah berinteraksi agak lama dan mempunyai ciri-ciri yang khas seperti suatu bangsa.
Kelompok sosial dapat digolongkan kedalam bermacam-macam jenis. Charles H. Cooley mengolongkan kelompok sosial menjadi dua yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
1. Kelompok Primer
Kelompok primer (face to face group) yaitu kelompok yang anggota-anggotanya sering berhadapan muka dan saling mengenal dari dekat dan karena itu hubungannya lebih erat. Peranan kelompok primer dalam kehidupan individu besar sekali karena di dalam kelompok primer, manusia pertama-tama berkembang dan dididik sebagai mahluk sosial. Di sini, manusia memperoleh kerangka yang memugkinkannya untuk mengembangkan sifat-sifat sosialnya, antara lain mengindahkan norma-norma, melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan kelompok sosialnya, belajar bekerja sama dengan individu-individu lainnya, dan mengembangkan kecakapannya guna kepentingan kelompok. Contoh kelompok primer adalah keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar, kelompok agama dan lain sebagainya. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok primer ini bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati.
2. Kelompok Sekunder
Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak langsug, jauh dari formal, dan kurang bersifat kekeluargaan hubungan-hubungan kelompok skunder biasanya lebih bersifat objektif. Peranan atau fungsi kelompok sekunder dalam kehidupan manusia adalah untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama, secara objektif dan rasional. Perbandingan atau pergaulan dalam kelompok primer dan sekunder juga dapat digambarkan dengan uraian dari Tonnies, seorang ahli kemasyarakatan, yaitu bahwa kelompok primer bersifat gemeinschaft atau bersifat kekeluargaan, bantu-membantu, dan berdasarkan simpati, sedangkan kelompok sekunder bersifat gesselschaft atau berdasarka perhitungan rasional, objektif, dan sebagainya. Contoh kelompok sekunder adalah partai politik dan serikat pekerja. Sifat interaksi rasional atas dasar petimbangan perhitungan untung rugi tertentu.
3. Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal. Inti perbedaannya adalah bahwa kelompok informal tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tertulis seperti pada kelopok formal. Kelompok informal juga mempunyai pembagian tugas, peranan-peranan dan hierarki tertentu, serta norma pedoman tingkah laku anggotanya dan konvensi-konvensinya, tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok formal. Ciri-ciri interaksi kelompok tidak resmi lebih mirip dengan cirri-ciri kelompok primer dan bersifat kekeluagaan dengan corak simpati. Sedangkan ciri-ciri kelompok resmi lebih mirip dengan ciri-ciri interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan-pertimbangan rasional objektif.
C. Ciri-ciri Utama Kelompok
Di antara para ahli penyelidikan kehidupan dalam kelompok sosial terdapat satu tokoh yaitu M. Sherif yang telah melakukan berbagai eksperimen mengenai ciri-ciri interaksi dalam kelompok sosial, khususnya dalam kelompok informal yang serba kecil. Ciri-ciri berikut terutama diselidikinya pada kelompok sosial tidak resmi yang agak kecil dan lebih mudah diselidiki :
1. Terdapat dorongan atau motif yang sama pada individu-individu yang menyebabakan terjadinya interaksi diantaranya kearah tujuan yang sama.
2. terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-indvidu yang satu dengan yang lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat didalamnya.
3. Pembentukan dan penegasan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun berkembang dengan sendirinya dalam usaha pencapaian tujuannya. Terjadi pembatasan yang jelas antara usaha-usaha dan orang yang termasuk in-group serta usaha-usaha dan orang out-group.
4. Terjadinya penegasan dan pengaruh norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelopok dalam merealisasikan tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah laku ini sebagaimana juga struktur pembagian tugas anggotanya merupakan norma dan struktur yang khas bagi kelompoknya.
D. Dinamika Sosial
Menurut Floy D. Ruch dalam bukunya Psychology and Life, dinamika kelompok (Group Dynamics) dapat dirumuskan sebagai berikut: dinamika kelompok adalah analisis dari hubungan-hubungan kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok adalah hasil dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial.
Dalam rumusan ini, semua yang telah dikatakan mengenai pembentukan struktur kelompok, behaviorisme norma-norma sosial, internalisasi norma, pendek kata semua dalam bab ini sebenarnya sudah merupakan analisis dari saling hubungan antar orang didalam kelompok dan sudah merupakan dinamika kelompok. Sementara itu, kita telah membahas beberapa segi dari kehidupan kelompok seperti pembentukan struktur, behaviorisme, solidaritas, pembentukan norma dan internalisasi norma-norma kelompok, yang semuanya tidak timbul dengan sendirinya, tetapi atas dasar interaksi yang dinamis dan timbal balik antara orang-orang yang terlibat dalam kehidupan kelompok.
1. Eksperimen Interaksi Kelompok.
Untuk memproleh gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika kelompok dengan menyeluruh berikut ini sebuah eksperimen lain yang diadakan guna memperoleh penjelasan mengenai interaksi manusia di dalam kelompok dan interaksi antar kelompok. Eksperimen itu bermaksud untuk meneliti dua buah hipotesis sebagai berikut.
a. Apabila individu-individu manusia tidak saling berhubungan dikumpulkan di suatu tempat untuk berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan yang menuju ketujuan yang sama, maka akan dibentuk kelompok sosial dengan strukturnya dimana akan terdapat kedudukan-kedudukan yang hierarkis dan peranan-peranan sosial setiap anggota kelompok yang berinteraksi. Proses interaksi itu cenderung untuk menghasilkan norma-norma yang seragam dan yang menjadi dasar sikap-sikap anggota mengenai hal-ihwal yang bersangkut paut dengan usaha kelompok.
b. Apabila dua kelompok yang telah membuat struktur dan in-groupnya masing-masing mengadakan saingan dan saling menghambat usaha masing-masing, akan terbentuk sikap yang negatif terhadap kelompok yang menjadi out-groupnya dan akan terbentuk stereotip berprasangka negatif terhadap out-group tersebut.
2. Kesimpulan Eksperimen
Dengan demikian, eksperimen telah membuktikan pula kebenaran hipotesis kedua yang akan diteliti dan keseluruhan eksperimen tersebut sudah berhasil dalam membuktikan kedua hipotesis yaitu, bahwa dinamika kelompok akan menghasilkan struktur dan norma kelompok serta perasaan in-group yang khas, dan apabila terjadi pergeseran antara kedua kelompok yang sudah mempunyai perasaan in-group masing-masing akan terbentuk sikap negatif dan stereotip terhadap out-groupnya.
E. Dasar-dasar Pembentukan Kelompok Sosial.
Bertolak dari pengalaman sederhana dapat disebutkan beberapa dasar yang melandasi orang membentuk kelompok yaitu:
1. Kepentingan yang sama (Common Interest).
Disini kepentingan yang sama ini dilihat sebagai dasar orang-orang yang hendak mendirikan kumpulan-kumpulan yang tetap atau organisasi yang mantap, yang dalam pengertian sosiologis disebut kelompok kepentingan atau asosiasi sebagai contoh asosiasi kaum buruh, asosiasi kaum seniman, asosiasi keagamaan.
2. Darah dan Keturunan yang sama.(Common Ancestry)
Keturunan yang sama sejak zaman dahulu merupakan dasar persatuan dan tali persaudaraan yang terkuat bagi umat manusia. Namun pada zaman modern saat kehidupan bersama menjadi sangat kompleks dan mobilitas sosial melaju cepat, faktor darah dan keturunan menjadi berkurang pentingnya. Kesatuan yang disebut klan, marga, dan suku tidak lagi menjadi dasar penentu yang terkuat bagi pembentukan kelompok-kelompok kepentingan.
3. Daerah yang sama
Disamping faktor-faktor tersebut diatas unsur kesamaan daerah merupakan pula dasar orientasi untuk pembentukan kelompok sosial serta organisasi yang mantap. Daerah yang sama dapat memberikan keuntungan bagi berfungsinya suatu organisasi berkat dekatnya jarak fisik orang yang satu dengan yang lain. Selain itu daerah yang sama pada umumnya membentuk kebudayaan sama seperti pola berfikir yang sama, pola kerja dan pola kerjasama yang sama.
4. Ciri-ciri badaniah yang sama.
Faktor ini amat dekat kaitannya dengan faktor keturunan. Ciri-ciri badaniah yang sama antara lain warna kulit, ras, usia yang sama. Dalam masyarakat modern faktor warna kulit yang sama dipandang sebagai dasar yang baik untuk mendirikan organisasi. Misalnya organisasi buruh berkulit hitam, himpunan pelajar Irian Jaya. Disamping itu ada pula kumpulan atau asosiasi menurut kelamin atau usia yang sama, seperti perkumpulan Dharma Wanita, perkumpulan kaum pria untuk cabang kepimpinan tertentu.
IV. KESIMPULAN
Situasi Sosial adalah suatu kondisi tertentu dimana berlangsung hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau terjadi saling hubungan antara dua individu atau lebih. Charles H. Cooley mengolongkan kelompok sosial menjadi dua yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal. Ada empat ciri kelompok sosial, yaitu :
1. Terdapat dorongan atau motif yang sama.
2. Reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan yang berbeda-beda antara anggota kelompok
3. Penegasan struktur atau organisasi kelompok yang jelas.
4. Penegasa norma-norma pedoman kelompok.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan dan presentasikan. Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang perlu dibenahi, oleh karenanya saran dan kritik yang membangun dari Ibu dosen dan para audien sangat kami harapkan guna memperbaiki karya ini. Atas perhatian dan partisipasinya kami sampaikan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
• W. A. Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. PT. Refika Aditama. Bandung.
• Alfiasyura.blogspot.com/2010/.../situasi-sosial-yang-mempengaruhi.h..
20 Sep 2010. Diakses Minggu 15-10-2011 Pukul 22.00 WIB
• Hendropuspito. 1989. Sosiologi Sistematik. Kanisius. Yogyakara.
• Soedjono. 1977. Pokok-pokok Sosiologi sebagai Penunjang Hukum. Alumni Offset. Bandung
Kuliah BPI
Minggu, 17 Juni 2012
psikologi
KOMUNIKASI DALAM KONSELING
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Pskologi Konseling
Dosen Pengampu : Ibu Anila Umriana, M. Pd.
Disusun oleh
ALFA ALFIYAH (101111005)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
KOMUNIKASI DALAM KONSELING
I. PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan langkah pertama dalam proses konseling, membina hubungan sangatlah penting, dan konseling merupakan adalah bentuk khusus dari hubungan atau komunikasi interpersonal, dalam diartikan bahwa kaidah-kaidah yang berlaku pada proses komunikasi berarti berlaku juga pada dalam konseling.
Komunikasi diantara orang-orang yang ada dalam suatu hubungan konseling harus menunjukan sikap menerima dan respeck, konselor harus mampu berempetai terhadap klien. Demikian makalah ini kan menjoba menelaskan hubungan komunikasi yang ada dalam proses konseling.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pengertian dari Komunikasi?
B. Apa Macam-macam Komunikasi dalam konseling?
C. Faktor Apa yang Mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi?
D. Apa Manfaat Komunikasi dalam Konseling?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi antara keduanya. Umumnya, komunikasi dilakukan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah fihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antara personal maupun antarmasyarakat agar terjadi keserasian dan menjegah konflik dalam lingkungan masyarakat.
Sebaliknya, misscomunication menyebabkan tidak tercapainya tujuan atau misi yang hendak diraih. Maka dari itu untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan initerpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut:
• Percaya, dengan keyakinan dan kepercayaan yang diberikankepada individu (konselor) maka kita (konseli) akan dengan mudah membuka diri.
• Berprilaku sportif, dengn begitu akan meningkatan komunikasi yang terjalin antara konselor dengan konseli, faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku sportif tersebut diantaranya adalah adanya rasa empati, persamaan dan kejujuran yang diperlihatkan ketika proses komunikasi berlangsung.
B. Macam-macam Komunikasi
Komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antarmanusia atau kelompok. Komunikasi ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
I. Komunikasi Verbal (perkataan)
Komunikasi verbal mencakup beberapa aspek, meliputi:
a) Vocabulary (bembendaharaan kata) komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karna itu olah kata menjadi penting dalam proses komunikasi.
b) Racing (Kecepatan) komunikikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu lambat atau cepat.
c) Intonasi suara, aspek ini mempengaruhiarti pesan dramatissehingga pesan menjadi lain artinya,
d) Humor, aspekini dapat meningkatkan kehidupan yang bahagis. Dugan (1989) memberikan catatan bahwa tertawa dapat membantu menghilangkan stress, tertawa mempunyai hubungan psikis dan fisik. Dan disini yang harus diingat bahwasannya humor merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
II. Komunikasi Non-Verbal (bahasa tubuh)
Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata. Beberapa hal yang termasuk dalam komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut:
a) Ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi. Sebab, ekspresi wajah mencerminkan suasana emosi seseorang.
b) Kontak mata, yang merupakan signal alamiyah untuk berkomunikasi. Dengan mengunakan kontak mata selama berinteraksi, menandakan orang tersebut menghargai lawan bicaranya.
c) Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal, sebab sentuhan lebih bersifat spontan, bersifat perhatian, dukungan emosiolan serta simpati.
d) Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Psotur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri dan tingkat kesehatannya.
e) Suara, rintihan, menarik nafas panjang, dan tangisan juga merupakan ungkapan pesaraan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan deengan semua bentuk komunikasi nonverbal lainnya, dessi atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f) Gerak isyarat, yaitu gerakan yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress, bingung, atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
C. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Komunikasi Antarpersonal
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, komunikasi antarpribadi dimulai dari diri inidividu. Oleh sebab itu, tampilan komunikasi yang muncul dalam setiap komunikasi mencerminkan kepribadian setiap individu yang berkomunikasi. Pemahaman terhadap proses pembentukan kepribadian setiap pihak yang terlibat dalam komunikasi menjadi penting dan mempengaruhi keberhasilan sebuah komunikasi. Dalam konteks ini, realitas komunikasi antarpribadi dianalogikan seperti fenomena gunung es. Analogi ini menjelaskan bahwa ada berbagai hal yang mempengaruhi atau member kontribuasi atas bentuk setiap tampilan komunikasi.
Gunung es dianologikan sebagai bentuk komunikasi yang terlibat atau tampak, yang di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Interactant, yaitu orang yang terlibat dalam interaksi komunikasi, seperti pembicara, penulis, pendengar, atau pembaca dengan berbagai situasi yang berbeda.
b) Symbol, aspek ini terdiri atas symbol (huruf, angka, kata-kata, tindakan) dan symbol language (bahasa Indonesia, inggris, dan lan sebagainya).
c) Media, yaitu saluran yang digunakan dalam seetiap situasi komunikasi.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang tidak terlihat dalam komunikasi.
a) Meaning (makna)
Ketika symbol ada, maka makna itu ada. Sedangkan cara menanggapinya, intonasi suara, mimic muka, kata-kata, gambar, dan lain sebagainya, merupakan symbol yang mawakili suatu makna. Misalnya, intonasi yang tinggi dimaknai kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan, dan lain sebagainya.
b) Learning
Interprestasi makna terhadap symbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiakan oleh pengalaman. Dengan kata lain, interprestasi muncul dari beajar yang diperoleh dari pengalaman. Sedangkan pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan sesuatu yang dipelajari jadi, makna yang kita berikan merupakan hasil belajar.
Pola-pola atau perlaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan atau genetic, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap symbol-simbol yang ada di lingkungannya. Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal. Jadi, kemampuan kita dalam berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.
c) Subjectivity
Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama dengan yang lainnya. Sehingga, individu tidak ada yang benar-benar sama dengan meng-encode (menyusun atau merangcang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan. Interprestasi dari dua orang berbeda terhadap objek yang sama hasilnya akan berbeda pula.
d) Negotiation
Komunikasi merupakan pertukaran symbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu, terjadi negosiasi dalam pemilihan symbol dan makna sehingga tercapai pengertian. Pertukaran symbol sama dengan proses pertukaran makna. Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.
e) Culture
Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain. Inividumerupakan partisipan symbol dari kelompok, organisasi, dan anggota masyarakat. Symbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan adaptasi. Melalui komunikasi, budaya diciptakan, dipertahankan, dan diubah. Budaya melahirkan cara pandan (point of view).
f) Interacting levels and context
Komunikasi antarmanusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap inidividu sangat berragam, mulai dari komunikasi antarpribadi, kelompok, organisasi, dan massa.
g) Self reference
Perilaku dan symbol-simbol yang digunakan oleh individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya. Artinya, sesuatu yang kita katakana dan lakukan, serta cara kita dalam menginterprestasi kata dan tindakan oleh orang lain merupakan refleksi makna, pengalaman, kebutuhan, dan harapan-harapan kita.
h) Self reflexvity
Kesadaran diri merupakan keadaa seseorang yang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Dan, inti dari proses komunikasi adalah menjadikan pihak-pihak mampu memandang diri mereka sebagai bagian dari lingkungan mereka, dan hal itu berpengaruh terhadap komunikasi.
i) Inevitability
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun, tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkapkan suatu makna komunikasi.
D. Pentingnya Komunikasi dalam Konseling
Dalam proses konseling, tidak terlepas dari komunikasi timbal-balik antara konselor dengan klien,komunikasi disini secara garis besar diartikan sebagai suatu proses penyampaiaan informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu konseling, maka untuk terlaksananya suatu komunikasi yang dialogis dengan mengajak klien berpartisipasi secara efektif, selain dari memahami karakter klien adalah juga perlu menguasai keterampilan komunikasi dialogis. Sekurang-kurangnya ada delapan keterampilan dialogis yang harus dikuasai, yaitu: keterampilan pemahaman, empati, merangkum, bertanya, kejujuran, konfrontasi, dan pemecahan masalah. Penjelasan dari point-point tersebut dalah sebagaimana berikut:
1) Penghampiran, merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat dialogis.
2) Empati, mempunyai makna sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna.
3) Merangkum, merupakan salah satu aspek dalam proses komunikasi konseling baik dalam memulai, selama proses berjalan, ataupun mengkhiri.
4) Kejujuran, konselor selaku komunikator harus mampu menunjukkan kejujuran dari yang diungkapkan.
5) Sensitive, adalah suatu tindakan dalam memberikan respon kepada tindakan orang lain dalam bentuk mempertahankan hak asasi sendiri yang mendasar tanpa melaraggar hak asasi orang lain yang mendasar.
6) Konfrontasi, digunakan untuk membenarkan respon terhadap peran seseorang yang menyandang pesan yang tidak sesuai.
7) Pemecahan masalah, pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi konseling untuk membantu klien dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
E. KESIMPULAN
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan yang berimbas pada kelebih efektifan sehingga pihak kedua lebih dapat menerima pesan yang disampaikan dengan baik. Akan tetapi pada sisi lain, komunikasi nonverbal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses komunikasi, apalagi jika dikaitkan dengan prosesn konseling, pendekatan secara persuasif melalui gerakan-gerakan dan symbol-symbol merupakan komponen yang tidak terpisahkan selain dari pada komunikasi verbal.
F. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang urgensi komunikasi dalam konseling. Semoga bermanfa’at. Dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lesmana .Murad. Jeantte, Dasar-dasar Konseling, Jakarta: UI, 2005
Mashudi, Farid. Psikologi Konseling. Jogjakarta: IRCiSoD, 2012
Gunarsa .D. Singgih, Konseling Dan Psikoterapi, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1992
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Pskologi Konseling
Dosen Pengampu : Ibu Anila Umriana, M. Pd.
Disusun oleh
ALFA ALFIYAH (101111005)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
KOMUNIKASI DALAM KONSELING
I. PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan langkah pertama dalam proses konseling, membina hubungan sangatlah penting, dan konseling merupakan adalah bentuk khusus dari hubungan atau komunikasi interpersonal, dalam diartikan bahwa kaidah-kaidah yang berlaku pada proses komunikasi berarti berlaku juga pada dalam konseling.
Komunikasi diantara orang-orang yang ada dalam suatu hubungan konseling harus menunjukan sikap menerima dan respeck, konselor harus mampu berempetai terhadap klien. Demikian makalah ini kan menjoba menelaskan hubungan komunikasi yang ada dalam proses konseling.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pengertian dari Komunikasi?
B. Apa Macam-macam Komunikasi dalam konseling?
C. Faktor Apa yang Mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi?
D. Apa Manfaat Komunikasi dalam Konseling?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi antara keduanya. Umumnya, komunikasi dilakukan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah fihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antara personal maupun antarmasyarakat agar terjadi keserasian dan menjegah konflik dalam lingkungan masyarakat.
Sebaliknya, misscomunication menyebabkan tidak tercapainya tujuan atau misi yang hendak diraih. Maka dari itu untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan initerpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut:
• Percaya, dengan keyakinan dan kepercayaan yang diberikankepada individu (konselor) maka kita (konseli) akan dengan mudah membuka diri.
• Berprilaku sportif, dengn begitu akan meningkatan komunikasi yang terjalin antara konselor dengan konseli, faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku sportif tersebut diantaranya adalah adanya rasa empati, persamaan dan kejujuran yang diperlihatkan ketika proses komunikasi berlangsung.
B. Macam-macam Komunikasi
Komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antarmanusia atau kelompok. Komunikasi ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
I. Komunikasi Verbal (perkataan)
Komunikasi verbal mencakup beberapa aspek, meliputi:
a) Vocabulary (bembendaharaan kata) komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karna itu olah kata menjadi penting dalam proses komunikasi.
b) Racing (Kecepatan) komunikikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu lambat atau cepat.
c) Intonasi suara, aspek ini mempengaruhiarti pesan dramatissehingga pesan menjadi lain artinya,
d) Humor, aspekini dapat meningkatkan kehidupan yang bahagis. Dugan (1989) memberikan catatan bahwa tertawa dapat membantu menghilangkan stress, tertawa mempunyai hubungan psikis dan fisik. Dan disini yang harus diingat bahwasannya humor merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
II. Komunikasi Non-Verbal (bahasa tubuh)
Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata. Beberapa hal yang termasuk dalam komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut:
a) Ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi. Sebab, ekspresi wajah mencerminkan suasana emosi seseorang.
b) Kontak mata, yang merupakan signal alamiyah untuk berkomunikasi. Dengan mengunakan kontak mata selama berinteraksi, menandakan orang tersebut menghargai lawan bicaranya.
c) Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal, sebab sentuhan lebih bersifat spontan, bersifat perhatian, dukungan emosiolan serta simpati.
d) Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Psotur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri dan tingkat kesehatannya.
e) Suara, rintihan, menarik nafas panjang, dan tangisan juga merupakan ungkapan pesaraan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan deengan semua bentuk komunikasi nonverbal lainnya, dessi atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f) Gerak isyarat, yaitu gerakan yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress, bingung, atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
C. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Komunikasi Antarpersonal
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, komunikasi antarpribadi dimulai dari diri inidividu. Oleh sebab itu, tampilan komunikasi yang muncul dalam setiap komunikasi mencerminkan kepribadian setiap individu yang berkomunikasi. Pemahaman terhadap proses pembentukan kepribadian setiap pihak yang terlibat dalam komunikasi menjadi penting dan mempengaruhi keberhasilan sebuah komunikasi. Dalam konteks ini, realitas komunikasi antarpribadi dianalogikan seperti fenomena gunung es. Analogi ini menjelaskan bahwa ada berbagai hal yang mempengaruhi atau member kontribuasi atas bentuk setiap tampilan komunikasi.
Gunung es dianologikan sebagai bentuk komunikasi yang terlibat atau tampak, yang di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Interactant, yaitu orang yang terlibat dalam interaksi komunikasi, seperti pembicara, penulis, pendengar, atau pembaca dengan berbagai situasi yang berbeda.
b) Symbol, aspek ini terdiri atas symbol (huruf, angka, kata-kata, tindakan) dan symbol language (bahasa Indonesia, inggris, dan lan sebagainya).
c) Media, yaitu saluran yang digunakan dalam seetiap situasi komunikasi.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang tidak terlihat dalam komunikasi.
a) Meaning (makna)
Ketika symbol ada, maka makna itu ada. Sedangkan cara menanggapinya, intonasi suara, mimic muka, kata-kata, gambar, dan lain sebagainya, merupakan symbol yang mawakili suatu makna. Misalnya, intonasi yang tinggi dimaknai kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan, dan lain sebagainya.
b) Learning
Interprestasi makna terhadap symbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiakan oleh pengalaman. Dengan kata lain, interprestasi muncul dari beajar yang diperoleh dari pengalaman. Sedangkan pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan sesuatu yang dipelajari jadi, makna yang kita berikan merupakan hasil belajar.
Pola-pola atau perlaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan atau genetic, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap symbol-simbol yang ada di lingkungannya. Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal. Jadi, kemampuan kita dalam berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.
c) Subjectivity
Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama dengan yang lainnya. Sehingga, individu tidak ada yang benar-benar sama dengan meng-encode (menyusun atau merangcang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan. Interprestasi dari dua orang berbeda terhadap objek yang sama hasilnya akan berbeda pula.
d) Negotiation
Komunikasi merupakan pertukaran symbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu, terjadi negosiasi dalam pemilihan symbol dan makna sehingga tercapai pengertian. Pertukaran symbol sama dengan proses pertukaran makna. Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.
e) Culture
Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain. Inividumerupakan partisipan symbol dari kelompok, organisasi, dan anggota masyarakat. Symbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan adaptasi. Melalui komunikasi, budaya diciptakan, dipertahankan, dan diubah. Budaya melahirkan cara pandan (point of view).
f) Interacting levels and context
Komunikasi antarmanusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap inidividu sangat berragam, mulai dari komunikasi antarpribadi, kelompok, organisasi, dan massa.
g) Self reference
Perilaku dan symbol-simbol yang digunakan oleh individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya. Artinya, sesuatu yang kita katakana dan lakukan, serta cara kita dalam menginterprestasi kata dan tindakan oleh orang lain merupakan refleksi makna, pengalaman, kebutuhan, dan harapan-harapan kita.
h) Self reflexvity
Kesadaran diri merupakan keadaa seseorang yang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Dan, inti dari proses komunikasi adalah menjadikan pihak-pihak mampu memandang diri mereka sebagai bagian dari lingkungan mereka, dan hal itu berpengaruh terhadap komunikasi.
i) Inevitability
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun, tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkapkan suatu makna komunikasi.
D. Pentingnya Komunikasi dalam Konseling
Dalam proses konseling, tidak terlepas dari komunikasi timbal-balik antara konselor dengan klien,komunikasi disini secara garis besar diartikan sebagai suatu proses penyampaiaan informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu konseling, maka untuk terlaksananya suatu komunikasi yang dialogis dengan mengajak klien berpartisipasi secara efektif, selain dari memahami karakter klien adalah juga perlu menguasai keterampilan komunikasi dialogis. Sekurang-kurangnya ada delapan keterampilan dialogis yang harus dikuasai, yaitu: keterampilan pemahaman, empati, merangkum, bertanya, kejujuran, konfrontasi, dan pemecahan masalah. Penjelasan dari point-point tersebut dalah sebagaimana berikut:
1) Penghampiran, merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat dialogis.
2) Empati, mempunyai makna sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna.
3) Merangkum, merupakan salah satu aspek dalam proses komunikasi konseling baik dalam memulai, selama proses berjalan, ataupun mengkhiri.
4) Kejujuran, konselor selaku komunikator harus mampu menunjukkan kejujuran dari yang diungkapkan.
5) Sensitive, adalah suatu tindakan dalam memberikan respon kepada tindakan orang lain dalam bentuk mempertahankan hak asasi sendiri yang mendasar tanpa melaraggar hak asasi orang lain yang mendasar.
6) Konfrontasi, digunakan untuk membenarkan respon terhadap peran seseorang yang menyandang pesan yang tidak sesuai.
7) Pemecahan masalah, pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi konseling untuk membantu klien dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
E. KESIMPULAN
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan yang berimbas pada kelebih efektifan sehingga pihak kedua lebih dapat menerima pesan yang disampaikan dengan baik. Akan tetapi pada sisi lain, komunikasi nonverbal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses komunikasi, apalagi jika dikaitkan dengan prosesn konseling, pendekatan secara persuasif melalui gerakan-gerakan dan symbol-symbol merupakan komponen yang tidak terpisahkan selain dari pada komunikasi verbal.
F. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang urgensi komunikasi dalam konseling. Semoga bermanfa’at. Dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lesmana .Murad. Jeantte, Dasar-dasar Konseling, Jakarta: UI, 2005
Mashudi, Farid. Psikologi Konseling. Jogjakarta: IRCiSoD, 2012
Gunarsa .D. Singgih, Konseling Dan Psikoterapi, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1992
Rabu, 06 Juni 2012
Langganan:
Postingan (Atom)