KOMUNIKASI DALAM KONSELING
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Pskologi Konseling
Dosen Pengampu : Ibu Anila Umriana, M. Pd.
Disusun oleh
ALFA ALFIYAH (101111005)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
KOMUNIKASI DALAM KONSELING
I. PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan langkah pertama dalam proses konseling, membina hubungan sangatlah penting, dan konseling merupakan adalah bentuk khusus dari hubungan atau komunikasi interpersonal, dalam diartikan bahwa kaidah-kaidah yang berlaku pada proses komunikasi berarti berlaku juga pada dalam konseling.
Komunikasi diantara orang-orang yang ada dalam suatu hubungan konseling harus menunjukan sikap menerima dan respeck, konselor harus mampu berempetai terhadap klien. Demikian makalah ini kan menjoba menelaskan hubungan komunikasi yang ada dalam proses konseling.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pengertian dari Komunikasi?
B. Apa Macam-macam Komunikasi dalam konseling?
C. Faktor Apa yang Mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi?
D. Apa Manfaat Komunikasi dalam Konseling?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi antara keduanya. Umumnya, komunikasi dilakukan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah fihak. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk berinteraksi antara personal maupun antarmasyarakat agar terjadi keserasian dan menjegah konflik dalam lingkungan masyarakat.
Sebaliknya, misscomunication menyebabkan tidak tercapainya tujuan atau misi yang hendak diraih. Maka dari itu untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan initerpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut:
• Percaya, dengan keyakinan dan kepercayaan yang diberikankepada individu (konselor) maka kita (konseli) akan dengan mudah membuka diri.
• Berprilaku sportif, dengn begitu akan meningkatan komunikasi yang terjalin antara konselor dengan konseli, faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku sportif tersebut diantaranya adalah adanya rasa empati, persamaan dan kejujuran yang diperlihatkan ketika proses komunikasi berlangsung.
B. Macam-macam Komunikasi
Komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antarmanusia atau kelompok. Komunikasi ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
I. Komunikasi Verbal (perkataan)
Komunikasi verbal mencakup beberapa aspek, meliputi:
a) Vocabulary (bembendaharaan kata) komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karna itu olah kata menjadi penting dalam proses komunikasi.
b) Racing (Kecepatan) komunikikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu lambat atau cepat.
c) Intonasi suara, aspek ini mempengaruhiarti pesan dramatissehingga pesan menjadi lain artinya,
d) Humor, aspekini dapat meningkatkan kehidupan yang bahagis. Dugan (1989) memberikan catatan bahwa tertawa dapat membantu menghilangkan stress, tertawa mempunyai hubungan psikis dan fisik. Dan disini yang harus diingat bahwasannya humor merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
II. Komunikasi Non-Verbal (bahasa tubuh)
Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata. Beberapa hal yang termasuk dalam komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut:
a) Ekspresi wajah, wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi. Sebab, ekspresi wajah mencerminkan suasana emosi seseorang.
b) Kontak mata, yang merupakan signal alamiyah untuk berkomunikasi. Dengan mengunakan kontak mata selama berinteraksi, menandakan orang tersebut menghargai lawan bicaranya.
c) Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal, sebab sentuhan lebih bersifat spontan, bersifat perhatian, dukungan emosiolan serta simpati.
d) Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Psotur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri dan tingkat kesehatannya.
e) Suara, rintihan, menarik nafas panjang, dan tangisan juga merupakan ungkapan pesaraan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan deengan semua bentuk komunikasi nonverbal lainnya, dessi atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f) Gerak isyarat, yaitu gerakan yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetukkan kaki atau menggerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress, bingung, atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
C. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Komunikasi Antarpersonal
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, komunikasi antarpribadi dimulai dari diri inidividu. Oleh sebab itu, tampilan komunikasi yang muncul dalam setiap komunikasi mencerminkan kepribadian setiap individu yang berkomunikasi. Pemahaman terhadap proses pembentukan kepribadian setiap pihak yang terlibat dalam komunikasi menjadi penting dan mempengaruhi keberhasilan sebuah komunikasi. Dalam konteks ini, realitas komunikasi antarpribadi dianalogikan seperti fenomena gunung es. Analogi ini menjelaskan bahwa ada berbagai hal yang mempengaruhi atau member kontribuasi atas bentuk setiap tampilan komunikasi.
Gunung es dianologikan sebagai bentuk komunikasi yang terlibat atau tampak, yang di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Interactant, yaitu orang yang terlibat dalam interaksi komunikasi, seperti pembicara, penulis, pendengar, atau pembaca dengan berbagai situasi yang berbeda.
b) Symbol, aspek ini terdiri atas symbol (huruf, angka, kata-kata, tindakan) dan symbol language (bahasa Indonesia, inggris, dan lan sebagainya).
c) Media, yaitu saluran yang digunakan dalam seetiap situasi komunikasi.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang tidak terlihat dalam komunikasi.
a) Meaning (makna)
Ketika symbol ada, maka makna itu ada. Sedangkan cara menanggapinya, intonasi suara, mimic muka, kata-kata, gambar, dan lain sebagainya, merupakan symbol yang mawakili suatu makna. Misalnya, intonasi yang tinggi dimaknai kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan, dan lain sebagainya.
b) Learning
Interprestasi makna terhadap symbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiakan oleh pengalaman. Dengan kata lain, interprestasi muncul dari beajar yang diperoleh dari pengalaman. Sedangkan pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan sesuatu yang dipelajari jadi, makna yang kita berikan merupakan hasil belajar.
Pola-pola atau perlaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan atau genetic, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap symbol-simbol yang ada di lingkungannya. Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal. Jadi, kemampuan kita dalam berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.
c) Subjectivity
Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama dengan yang lainnya. Sehingga, individu tidak ada yang benar-benar sama dengan meng-encode (menyusun atau merangcang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan. Interprestasi dari dua orang berbeda terhadap objek yang sama hasilnya akan berbeda pula.
d) Negotiation
Komunikasi merupakan pertukaran symbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu, terjadi negosiasi dalam pemilihan symbol dan makna sehingga tercapai pengertian. Pertukaran symbol sama dengan proses pertukaran makna. Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.
e) Culture
Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain. Inividumerupakan partisipan symbol dari kelompok, organisasi, dan anggota masyarakat. Symbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan adaptasi. Melalui komunikasi, budaya diciptakan, dipertahankan, dan diubah. Budaya melahirkan cara pandan (point of view).
f) Interacting levels and context
Komunikasi antarmanusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap inidividu sangat berragam, mulai dari komunikasi antarpribadi, kelompok, organisasi, dan massa.
g) Self reference
Perilaku dan symbol-simbol yang digunakan oleh individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya. Artinya, sesuatu yang kita katakana dan lakukan, serta cara kita dalam menginterprestasi kata dan tindakan oleh orang lain merupakan refleksi makna, pengalaman, kebutuhan, dan harapan-harapan kita.
h) Self reflexvity
Kesadaran diri merupakan keadaa seseorang yang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Dan, inti dari proses komunikasi adalah menjadikan pihak-pihak mampu memandang diri mereka sebagai bagian dari lingkungan mereka, dan hal itu berpengaruh terhadap komunikasi.
i) Inevitability
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun, tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkapkan suatu makna komunikasi.
D. Pentingnya Komunikasi dalam Konseling
Dalam proses konseling, tidak terlepas dari komunikasi timbal-balik antara konselor dengan klien,komunikasi disini secara garis besar diartikan sebagai suatu proses penyampaiaan informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu konseling, maka untuk terlaksananya suatu komunikasi yang dialogis dengan mengajak klien berpartisipasi secara efektif, selain dari memahami karakter klien adalah juga perlu menguasai keterampilan komunikasi dialogis. Sekurang-kurangnya ada delapan keterampilan dialogis yang harus dikuasai, yaitu: keterampilan pemahaman, empati, merangkum, bertanya, kejujuran, konfrontasi, dan pemecahan masalah. Penjelasan dari point-point tersebut dalah sebagaimana berikut:
1) Penghampiran, merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat dialogis.
2) Empati, mempunyai makna sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna.
3) Merangkum, merupakan salah satu aspek dalam proses komunikasi konseling baik dalam memulai, selama proses berjalan, ataupun mengkhiri.
4) Kejujuran, konselor selaku komunikator harus mampu menunjukkan kejujuran dari yang diungkapkan.
5) Sensitive, adalah suatu tindakan dalam memberikan respon kepada tindakan orang lain dalam bentuk mempertahankan hak asasi sendiri yang mendasar tanpa melaraggar hak asasi orang lain yang mendasar.
6) Konfrontasi, digunakan untuk membenarkan respon terhadap peran seseorang yang menyandang pesan yang tidak sesuai.
7) Pemecahan masalah, pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi konseling untuk membantu klien dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
E. KESIMPULAN
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan yang berimbas pada kelebih efektifan sehingga pihak kedua lebih dapat menerima pesan yang disampaikan dengan baik. Akan tetapi pada sisi lain, komunikasi nonverbal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses komunikasi, apalagi jika dikaitkan dengan prosesn konseling, pendekatan secara persuasif melalui gerakan-gerakan dan symbol-symbol merupakan komponen yang tidak terpisahkan selain dari pada komunikasi verbal.
F. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang urgensi komunikasi dalam konseling. Semoga bermanfa’at. Dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Lesmana .Murad. Jeantte, Dasar-dasar Konseling, Jakarta: UI, 2005
Mashudi, Farid. Psikologi Konseling. Jogjakarta: IRCiSoD, 2012
Gunarsa .D. Singgih, Konseling Dan Psikoterapi, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar